Perbedaan Seorang Pendaki dan Pecinta Alam

Seorang Pendaki atau Pecinta Alam

Phinemo.com

Halo Backy Mania . .. .

 

Pada malam senggang kali ini saya ingin sedikit curhat tentang olahraga luar ruangan yang sedang “ngetrend” di kalangan masyarakat luas. Kami menyebutnya pendakian gunung, tapi diantara mereka melabelinya dengan istilah pecinta alam.

Apakah yang kita lakukan selama ini benar-benar sudah pantas menyandang gelar sebagai pecinta alam? Apa sebenarnya yang disebut pecinta alam itu?

Pecinta alam adalah sebutan untuk orang atau kelompok yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan konservasi alam. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh para mahasiswa universitas Indonesia tahun 1964 yang salah satu pelopornya adalah Soe Hok Gie. Dalam tatanan penggunaan bahasa indonesia, pecinta berarti pelaku atau orang yang memberikan cinta atau bercinta, sedangkan alam adalah lingkungan dan manusia itu sendiri. Berbeda dengan kamus pengetahuan kita di milenial sekarang, pecinta alam adalah orang atau sekelompok orang yang memiliki hobi atau aktivitas mendaki gunung.

Baca Juga: Penting! Cara Mengatasi dan Mencegah Gangguan Pacet ketika Melakukan Pendakian

Aktivitas mendaki gunung sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Biasanya orang terdahulu menjadikan gunung sebagai tempat persembunyian atau sebatas merenungi apa yang sudah mereka lakukan (bisa juga disebut bertapa). Lain halnya sekarang, aktivitas pendakian dilakukan hanya untuk memenuhi nafsu tamak manusia. Beberapa orang yang saya temui menceritakan bahwa mereka mendaki gunung hanya karena iri dengan temannya yang sudah pernah mandaki lebih dulu, diantara yang lain mengatakan karena ingin sekedar mendapat view foto yang bagus, sebagian lagi untuk memenuhi galeri media sosial, dan tak sedikit juga yang melakukannya karena kesadaran semakin buruknya kondisi alam sekitar sehingga mereka dengan senang hati melakukan penanaman pohon, pembersihan sampah, dan juga terlibat dalam kegiatan sosial lingkungan lainnya.

Tidak heran, “pasar pendakian” sekarang sedang ramai-ramainya. Hanya untuk alasan tersebut, beberapa orang tidak mengindahkan aturan serta keselamatan masing-masing. Berita di sana-sini mengabarkan kecelakan para pendaki yang lebih banyak diantaranya adalah karena para korban tidak mengerti pengetahuan tentang pendakian dan ‘nekat’ dengan perlengkapan seadanya. Dan yang paling riskan adalah adanya sampah yang semakin membumbung. Para pendaki membawa makanan mereka ke atas gunung, kemudian meninggalkan sampahnya di permakaan tanpa alasan dan rasa bersalah. Apakah ini yang sering kita sebut dengan seorang pendaki atau pecinta alam.

Baca Juga: Penting! Mencegah dan Mengatasi Gejala Hipotermia Musuh Para Pendaki

Jangan sampai kita memfatwa diri kita sebagai pecinta alam kalau saja kita masih merusak alam itu sendiri.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mencaramahi atau seolah-olah saya adalah orang yang benar. Beberapa paragraf diatas adalah murni keresahan yang saya alami. Masih sangat kekurangan tulisan ini tanpa timbal balik dari para pembaca. Kalau ada yang berkenan saya ucapkan terima kasih, jikalau tidak setuju dengan tulisan ini, jangan dibuli. Saya orangnya gembeng.

Sangat diperlukan saran dari teman-teman. Silahkan tulis di kolom komentar. Terima kasih.

Mari jaga terus kelestarian alam kita. Jangan sampai kita menjajah hak anak-cucu kita dengan merampas keindahan alam ini dari kedua bola mata mereka.

 

Salam alamikum.