Buku Karta Sujiwo Tejo yang Harus DiBaca untuk Menambah Duniamu
Siapa yang tidak mengenal Sujiwo Tejo? Dia adalah
seorang seniman kelahiran Jember, Jawa Timur pada tanggal 31 Agustus 1962.
Sujiwo Tejo dikenal luas sebagai budayawan dan juga dalang. Namun, dia tidak
hanya berfokus pada seni pertunjukan wayang, tetapi juga telah merilis album
musik dan terjun ke dunia perfilman. Salah satu albumnya yang berjudul
"Pada Suatu Ketika" berhasil meraih penghargaan pada Grand Final
Video Musik Indonesia tahun 1999.
Sujiwo Tejo juga memiliki pengalaman dalam dunia
perfilman, dengan berpartisipasi dalam beberapa film seperti
"Telegram" (2001), "Kafir" (2001), "Janji Joni"
(2005), "Sang Pencerah" (2010), "Guru Bangsa: Tjokroaminoto"
(2015), "Kucumbu Tubuh Indahku" (2018), dan "Mangkujiwo"
(2020). Selain kesibukannya dalam dunia seni, dia juga dikenal sebagai Presiden
#Jancukers hehehe...
Jika berbicara tentang karya-karya Sujiwo Tejo,
kami memiliki tiga rekomendasi buku menarik bagi Anda, yaitu "Balada
Gathak Gathuk" (2016), "Tuhan Maha Asyik" (2016), dan
"Talijiwo" (2018). Berikut adalah ulasan singkat mengenai ketiga buku
tersebut dalam rangkuman kumpulbaca:
1.
Balada Gathak Gathuk
(2016)
Bercerita tentang petualangan
saudara kembar Gathak dan Gathuk dalam mencari mentor mereka, yaitu Raden
Jayengresmi dan adiknya Niken Rancangkapti, setelah Giri diserbu oleh Mataram
di bawah pimpinan Pangeran Pekik. Kembar Gathak-Gathuk yang bingung dalam
mencari arah diarahkan oleh tokoh Punakawan ke arah barat, di mana mereka
akhirnya berjumpa dengan Raden Jayengresmi. Setelah pertemuan tersebut, mereka
melanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan Niken Rancangkapti. Perjalanan ini
menjadi percampuran antara petualangan fisik dan spiritual.
Buku ini terbagi menjadi lima bab
yang meliputi Pengembaraan Spiritual, Kehidupan Manusia, Pesan dari Centhini,
Transformasi Manusia, dan Jangan Terkejut. Cerita dalam buku ini berkisar pada
perjalanan yang dijalani oleh Jayengresmi dan Gathak-Gathuk. Terinspirasi oleh
Serat Centhini, Manuskrip Celestine karya James Redfield, dan cerita
pewayangan, pesan yang diungkap dalam buku ini menekankan pada refleksi dan
kritik terhadap isu-isu sosial, budaya, dan politik terkini di Indonesia. Ini
mencakup kasus korupsi, kebiasaan buruk dalam pemerintahan dan masyarakat,
pendidikan masyarakat, skandal penyadapan Australia terhadap Indonesia,
tindakan kekerasan seorang pensiunan Jenderal terhadap pembantu rumah tangga,
dan bahkan peristiwa gigitan Luis Suarez!
Buku ini memiliki karakteristik
unik dengan penempatan latar waktu yang terkesan acak, yang tercermin dari
pertemuan berbagai tokoh dalam waktu yang bersamaan. Namun, itulah daya tarik
khas dari buku ini. Dengan penggunaan bahasa humor ala dalang wayang, Sujiwo
Tejo bebas menggabungkan cerita pewayangan dengan isu-isu terkini secara
kreatif.
Baca Juga: Rekomendasi Buku Terbaik Pramoedya Ananta Toer 2023
2.
Tuhan Maha Asyik (2016)
Buku berjudul "Tuhan Maha Asyik" adalah karya dalam bidang
filsafat agama yang disusun oleh Sujiwo Tejo dan Dr. MN. Kamba dengan
pendekatan tasawuf Islam. Buku ini mengajak pembaca untuk lebih mendalami dan
membangun hubungan yang erat dengan Tuhan. Dialog dalam bentuk cerpen anak-anak
yang diperankan oleh tokoh-tokoh seperti Buchori, Kapitayan, Christine,
Parwati, Samin, Dharma, dan Pangestu, digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan-pesan dalam setiap bagian. Di setiap cerpen, juga terdapat
essay singkat yang menjelaskan makna yang terkandung.
Meskipun topik yang dibahas dalam buku ini kompleks, yakni mengenai
kekuasaan Tuhan dalam realitas keberadaan, buku ini dapat membantu pembaca
meraih pemahaman bahwa kehidupan yang diciptakan Tuhan memiliki aspek yang
menarik. Buku ini menguraikan bagaimana peran manusia, dengan keterbatasannya,
dapat mengaktualisasikan sifat-sifat baik Tuhan. Buku ini menggambarkan koneksi
nyata antara manusia dengan Tuhan, serta sifat misterius dalam cara Tuhan
beroperasi. Ini mencerminkan keaslian Tuhan sebagaimana adanya. Keberadaan
Tuhan yang menjadi sumber diskusi secara langsung menunjukkan kekuasaannya.
Itulah daya tarik uniknya, ketika dalam perbincangan, Tuhan memperlihatkan
dirinya. Tuhan selalu termanifestasi dalam beragam bentuk.
Buku ini memberikan wawasan bahwa setiap saat, Tuhan senantiasa hadir
dekat dengan manusia, meskipun dalam berbagai wujud yang berbeda. Ini
menggambarkan bahwa Tuhan selalu berada di dekat manusia dalam setiap momen.
3.
Talijiwo (2018)
Buku berjudul
"Talijiwo" adalah kumpulan cerpen yang menampilkan tokoh utama Sastro
Sutali dan Jendrowati Sujiwo, juga dikenal sebagai Sastro-Jendro atau
Tali-Jiwo. "Talijiwo" terdiri dari beberapa bab, seperti
"Melakoni Lakon," "Negeri yang Kekurangan Senja,"
"(Bukan) Penjara Kasih Sayang," "Tak Sesuai Mereka yang Kena
OTT," dan "Bertahan dengan Harapan." Setiap bab terdiri dari
lima hingga delapan subbab. Dialog antara Sastro-Jendro dalam setiap bab
menggabungkan unsur romantisme, satir, dan humor, dengan tujuan untuk
mengkritik kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang modern. Beberapa
cerita di dalamnya juga mengangkat isu-isu sosial, budaya, dan politik melalui
kisah-kisah cinta.
Contohnya, dalam bab "Negeri
yang Kekurangan Senja," terdapat kritik terhadap ketergantungan manusia
modern pada teknologi yang mengurangi interaksi sosial nyata, terlihat dalam
subbab "Arus Rantau." Kritik terhadap budaya muncul dalam bab
"Bertahan dengan Harapan," khususnya pada subbab "Hari
Anggoro," yang menggambarkan terkikisnya penggunaan bahasa Jawa dalam era
modernisasi. Kritik politik juga hadir, misalnya dalam bab "Cinta Bukan
Tentang Kata," yang mengisahkan demonstrasi rakyat di Rembang terhadap PT
Semen Indonesia pada tahun 2017.
Selain kritik dan satir, buku ini juga
mencakup sejumlah kutipan yang Sujiwo Tejo tulis di akun Twitter-nya dengan
tagar #Talijiwo. Seluruh isi buku terinspirasi oleh tagar #Talijiwo ini.
Kumpulan kutipan dalam buku ini pasti akan memukau para pembaca dengan
keindahan dan makna kata-katanya. "Talijiwo" memberikan kesenangan
saat dinikmati dengan perasaan yang mendalam.
Inilah
buku karya Sujiwo Tejo yang kami rekomendasikan. Dan tentu saja, masih banyak
karya-karya lain dari maestro Sujiwo Tejo yang sebaiknya juga Anda baca.
Meskipun tiga buku ini memiliki latar cerita yang berbeda, namun tetap berfokus
pada tema yang serupa, yaitu peran manusia dalam konteks sosial, budaya,
politik, dan agama. Sujiwo Tejo berhasil memberikan hiburan dengan penyampaian
yang kreatif, menggabungkan elemen sastra seperti dunia wayang, Serat Centhini,
dan bahkan tagar #Talijiwo, dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Campuran
ini membawa keceriaan tersendiri.
Follow juga artikel PadepokanAlam di Google News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar