Buku Karya Sujiwo Tejo yang Harus Dibaca untuk Menambah Duniamu - Padepokan Alam

Breaking

Home Top Ad

Kamis, 31 Agustus 2023

Buku Karya Sujiwo Tejo yang Harus Dibaca untuk Menambah Duniamu

Buku Karta Sujiwo Tejo yang Harus DiBaca untuk Menambah Duniamu



Siapa yang tidak mengenal Sujiwo Tejo? Dia adalah seorang seniman kelahiran Jember, Jawa Timur pada tanggal 31 Agustus 1962. Sujiwo Tejo dikenal luas sebagai budayawan dan juga dalang. Namun, dia tidak hanya berfokus pada seni pertunjukan wayang, tetapi juga telah merilis album musik dan terjun ke dunia perfilman. Salah satu albumnya yang berjudul "Pada Suatu Ketika" berhasil meraih penghargaan pada Grand Final Video Musik Indonesia tahun 1999.

Sujiwo Tejo juga memiliki pengalaman dalam dunia perfilman, dengan berpartisipasi dalam beberapa film seperti "Telegram" (2001), "Kafir" (2001), "Janji Joni" (2005), "Sang Pencerah" (2010), "Guru Bangsa: Tjokroaminoto" (2015), "Kucumbu Tubuh Indahku" (2018), dan "Mangkujiwo" (2020). Selain kesibukannya dalam dunia seni, dia juga dikenal sebagai Presiden #Jancukers hehehe...

Jika berbicara tentang karya-karya Sujiwo Tejo, kami memiliki tiga rekomendasi buku menarik bagi Anda, yaitu "Balada Gathak Gathuk" (2016), "Tuhan Maha Asyik" (2016), dan "Talijiwo" (2018). Berikut adalah ulasan singkat mengenai ketiga buku tersebut dalam rangkuman kumpulbaca:

1.     Balada Gathak Gathuk (2016)



Bercerita tentang petualangan saudara kembar Gathak dan Gathuk dalam mencari mentor mereka, yaitu Raden Jayengresmi dan adiknya Niken Rancangkapti, setelah Giri diserbu oleh Mataram di bawah pimpinan Pangeran Pekik. Kembar Gathak-Gathuk yang bingung dalam mencari arah diarahkan oleh tokoh Punakawan ke arah barat, di mana mereka akhirnya berjumpa dengan Raden Jayengresmi. Setelah pertemuan tersebut, mereka melanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan Niken Rancangkapti. Perjalanan ini menjadi percampuran antara petualangan fisik dan spiritual.

Buku ini terbagi menjadi lima bab yang meliputi Pengembaraan Spiritual, Kehidupan Manusia, Pesan dari Centhini, Transformasi Manusia, dan Jangan Terkejut. Cerita dalam buku ini berkisar pada perjalanan yang dijalani oleh Jayengresmi dan Gathak-Gathuk. Terinspirasi oleh Serat Centhini, Manuskrip Celestine karya James Redfield, dan cerita pewayangan, pesan yang diungkap dalam buku ini menekankan pada refleksi dan kritik terhadap isu-isu sosial, budaya, dan politik terkini di Indonesia. Ini mencakup kasus korupsi, kebiasaan buruk dalam pemerintahan dan masyarakat, pendidikan masyarakat, skandal penyadapan Australia terhadap Indonesia, tindakan kekerasan seorang pensiunan Jenderal terhadap pembantu rumah tangga, dan bahkan peristiwa gigitan Luis Suarez!

Buku ini memiliki karakteristik unik dengan penempatan latar waktu yang terkesan acak, yang tercermin dari pertemuan berbagai tokoh dalam waktu yang bersamaan. Namun, itulah daya tarik khas dari buku ini. Dengan penggunaan bahasa humor ala dalang wayang, Sujiwo Tejo bebas menggabungkan cerita pewayangan dengan isu-isu terkini secara kreatif.


Baca Juga: Rekomendasi Buku Terbaik Pramoedya Ananta Toer 2023


2.     Tuhan Maha Asyik (2016)




Buku berjudul "Tuhan Maha Asyik" adalah karya dalam bidang filsafat agama yang disusun oleh Sujiwo Tejo dan Dr. MN. Kamba dengan pendekatan tasawuf Islam. Buku ini mengajak pembaca untuk lebih mendalami dan membangun hubungan yang erat dengan Tuhan. Dialog dalam bentuk cerpen anak-anak yang diperankan oleh tokoh-tokoh seperti Buchori, Kapitayan, Christine, Parwati, Samin, Dharma, dan Pangestu, digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dalam setiap bagian. Di setiap cerpen, juga terdapat essay singkat yang menjelaskan makna yang terkandung.

Meskipun topik yang dibahas dalam buku ini kompleks, yakni mengenai kekuasaan Tuhan dalam realitas keberadaan, buku ini dapat membantu pembaca meraih pemahaman bahwa kehidupan yang diciptakan Tuhan memiliki aspek yang menarik. Buku ini menguraikan bagaimana peran manusia, dengan keterbatasannya, dapat mengaktualisasikan sifat-sifat baik Tuhan. Buku ini menggambarkan koneksi nyata antara manusia dengan Tuhan, serta sifat misterius dalam cara Tuhan beroperasi. Ini mencerminkan keaslian Tuhan sebagaimana adanya. Keberadaan Tuhan yang menjadi sumber diskusi secara langsung menunjukkan kekuasaannya. Itulah daya tarik uniknya, ketika dalam perbincangan, Tuhan memperlihatkan dirinya. Tuhan selalu termanifestasi dalam beragam bentuk.

Buku ini memberikan wawasan bahwa setiap saat, Tuhan senantiasa hadir dekat dengan manusia, meskipun dalam berbagai wujud yang berbeda. Ini menggambarkan bahwa Tuhan selalu berada di dekat manusia dalam setiap momen.

3.     Talijiwo (2018)



Buku berjudul "Talijiwo" adalah kumpulan cerpen yang menampilkan tokoh utama Sastro Sutali dan Jendrowati Sujiwo, juga dikenal sebagai Sastro-Jendro atau Tali-Jiwo. "Talijiwo" terdiri dari beberapa bab, seperti "Melakoni Lakon," "Negeri yang Kekurangan Senja," "(Bukan) Penjara Kasih Sayang," "Tak Sesuai Mereka yang Kena OTT," dan "Bertahan dengan Harapan." Setiap bab terdiri dari lima hingga delapan subbab. Dialog antara Sastro-Jendro dalam setiap bab menggabungkan unsur romantisme, satir, dan humor, dengan tujuan untuk mengkritik kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang modern. Beberapa cerita di dalamnya juga mengangkat isu-isu sosial, budaya, dan politik melalui kisah-kisah cinta.

Contohnya, dalam bab "Negeri yang Kekurangan Senja," terdapat kritik terhadap ketergantungan manusia modern pada teknologi yang mengurangi interaksi sosial nyata, terlihat dalam subbab "Arus Rantau." Kritik terhadap budaya muncul dalam bab "Bertahan dengan Harapan," khususnya pada subbab "Hari Anggoro," yang menggambarkan terkikisnya penggunaan bahasa Jawa dalam era modernisasi. Kritik politik juga hadir, misalnya dalam bab "Cinta Bukan Tentang Kata," yang mengisahkan demonstrasi rakyat di Rembang terhadap PT Semen Indonesia pada tahun 2017.

Selain kritik dan satir, buku ini juga mencakup sejumlah kutipan yang Sujiwo Tejo tulis di akun Twitter-nya dengan tagar #Talijiwo. Seluruh isi buku terinspirasi oleh tagar #Talijiwo ini. Kumpulan kutipan dalam buku ini pasti akan memukau para pembaca dengan keindahan dan makna kata-katanya. "Talijiwo" memberikan kesenangan saat dinikmati dengan perasaan yang mendalam.

Inilah buku karya Sujiwo Tejo yang kami rekomendasikan. Dan tentu saja, masih banyak karya-karya lain dari maestro Sujiwo Tejo yang sebaiknya juga Anda baca. Meskipun tiga buku ini memiliki latar cerita yang berbeda, namun tetap berfokus pada tema yang serupa, yaitu peran manusia dalam konteks sosial, budaya, politik, dan agama. Sujiwo Tejo berhasil memberikan hiburan dengan penyampaian yang kreatif, menggabungkan elemen sastra seperti dunia wayang, Serat Centhini, dan bahkan tagar #Talijiwo, dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Campuran ini membawa keceriaan tersendiri.

Follow juga artikel PadepokanAlam di Google News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar