Malam 1 Suro atau Malam 1 Muharram, Peristiwa yang Berbeda tapi Hampir Sama - Padepokan Alam

Breaking

Home Top Ad

Jumat, 04 Agustus 2023

Malam 1 Suro atau Malam 1 Muharram, Peristiwa yang Berbeda tapi Hampir Sama

 Malam 1 Suro atau Malam 1 Muharram, Peristiwa yang Berbeda tapi Hampir Sama




Dalam kalender Jawa, 1 Muharram dikenal sebagai 1 Suro. Malam 1 Muharram, yang juga disebut malam tahun baru Islam, disebut sebagai malam 1 Suro.

Pada tahun ini, 1 Muharram atau 1 Suro jatuh pada Rabu, 19 Juli 2023. Ini berarti bahwa Selasa petang, 18 Juli 2023, merupakan malam 1 Muharram atau malam 1 Suro. 1 Muharram ditetapkan sebagai tahun baru Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. 1 Muharram adalah tanggal penting yang menandai peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah.

Pada awalnya, kerajaan di Jawa menggunakan kalender Saka (India). Namun, seiring perkembangan Islam di pulau Jawa, Sultan Agung mengadopsi kalender Hijriyah sebagai kalender Jawa. Meskipun sistem dan metode perhitungannya mirip, yaitu menggunakan penanggalan qamariyah atau berdasarkan bulan (lunar), terdapat perbedaan yang mencolok, salah satunya adalah adanya sistem hari dalam kalender Jawa.


Baca Juga: Larangan Malam Satu Suro bagi Masyarakat Jawa


Kembali ke malam 1 Suro dan malam 1 Muharram, kedua peristiwa ini memiliki waktu yang sama. Karena menggunakan kalender lunar, pergantian hari terjadi pada petang atau saat malam dimulai. Bagi umat Islam, 1 Muharram memiliki makna sejarah karena merupakan hari ketetapan atau resolusi Hijrah Nabi dan para sahabat Muhajirin ke Madinah.

Muhammad Solikhin dalam bukunya yang berjudul Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010) menyebutkan bahwa kata "Suro" berasal dari bahasa Arab "Asyura", yang berarti sepuluh. Asyura merujuk pada hari kesepuluh dalam bulan Muharram.

Namun, dalam hal tradisi, malam 1 Muharram memiliki makna yang berbeda antara Islam dan budaya Jawa. Bagi Islam, malam 1 Muharram dianggap suci, sementara dalam budaya Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang sakral dan penuh mistis. Oleh karena itu, dalam menyambutnya, dilakukan berbagai upacara dan tradisi mistis. Malam 1 Suro tidak terlepas dari beberapa faktor latar belakang yang memberikan makna mistis.

Muhammad Solikhin, misalnya, berpandangan, faktor terpenting yang menyebabkan bulan Suro dianggap sakral adalah budaya keraton. Ia menulis, keraton sering mengadakan upacara dan ritual untuk peringatan hari-hari penting tertentu, salah satunya peringatan Malam 1 Suro.


Baca Juga: Kepercayaan Masyarakat Jawa dalam Menyambut Satu Suro


Di Indonesia, umat Islam umumnya melakukan berbagai kegiatan pada malam 1 Muharram sesuai dengan tradisi setempat. Misalnya, madrasah dan pesantren mengadakan pawai obor sambil melantunkan sholawat nabi. Sholawat Badar adalah salah satu sholawat yang populer dibacakan pada malam 1 Muharram. Tempat tersebut merupakan lembah di luar Madinah di mana pertempuran penting pertama terjadi, yang memengaruhi posisi umat Islam di Jazirah Arab pada awal perkembangan Islam di Madinah. Ada juga yang membaca sholawat barzanzi, baik di ma'had, masjid, maupun musala. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk menandai bulan Muharram, salah satu dari empat bulan yang dihormati dalam agama Islam.

Sementara itu, dalam tradisi Jawa, malam 1 Suro yang dianggap keramat diisi dengan berbagai tradisi setempat. Contohnya adalah tradisi kungkum, kirab kerbau bule yang terkenal, laku bisu, sedekah merapi, dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar